Cegah Abrasi, Pj Bupati Tanam Bakau di Pantai Hubat Sinjai Timur

SAUDAGAR.NEWS, Sinjai – Penjabat (Pj) Bupati Sinjai, Andi Jefrianto Asapa, melakukan penanaman pohon bakau di Pantai Hubat, Kawasan Obyek Wisata Hutan Bakau Takalala, Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur, pada Sabtu pagi (12/10/2024).

Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Tongke-Tongke yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Sinjai.

Dalam kegiatan tersebut, Pj Bupati didampingi oleh Pj Sekda Sinjai, Andi Ilham Abubakar, Asisten I Setdakab Sinjai, Andi Irwansyahrani Yusuf, serta Asisten III Setdakab Sinjai, Andi Ariany Djalil.

Penanaman bakau ini juga melibatkan unsur TNI-Polri, masyarakat setempat, mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Makassar (UNM), serta siswa SMK Pariwisata dan SMA 10 Sinjai.

Penanaman bakau tersebut merupakan upaya untuk mencegah abrasi yang semakin mengancam kawasan pesisir Pantai Hubat.

Menurut Pj Bupati, aksi ini merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan dalam rangka pesta adat Marimpa Salo, yang salah satunya mengajarkan masyarakat untuk mencintai alam. Penanaman bakau dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi abrasi di Pantai Hubat, yang semakin mengkhawatirkan.

“Kita harap penanaman bakau ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Sanjai, khususnya dalam memanfaatkan Pantai Hubat sebagai destinasi wisata. Ke depannya, kami akan menyusun program agar penanaman bakau dapat dilakukan secara rutin setiap tiga bulan,” ujarnya.

Andi Jefrianto Asapa menekankan pentingnya aksi berkelanjutan untuk melindungi Pantai Hubat dari ancaman abrasi yang semakin parah. “Kalau kita tidak bergerak bersama, pantai ini akan semakin hilang,” tambahnya.

Dia menambahkan, penanaman bakau ini diharapkan dapat menjadi awal dari langkah-langkah konservasi lingkungan yang lebih besar untuk melindungi pesisir Sinjai dari kerusakan lebih lanjut.

Sementara itu, Kepala Disparbud Sinjai, Tamzil Binawan, mengungkapkan bahwa abrasi di kawasan Pantai Hubat sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan.

“Hampir 100 meter pantai telah terkikis, dan pemecah ombak sudah habis. Kawasan ini harus segera mendapatkan penanganan lebih serius, karena selain menjadi destinasi wisata, area ini juga merupakan ekosistem mangrove yang penting untuk diselamatkan,” jelasnya.