Mulawarman: Diperlukan Kebangkitan Tokoh Bugis Makassar Tegakkan ‘Siri’

SAUDAGAR.NEWS, Jakarta – Kasus korupsi yang melilit Gubernur Sulawesi Selatan Prof. Nurdin Abdullah yang mengakibatkan ditangkap dan ditahanKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Sabtu (27/2/2021) menurut Mulawarman patut disesalkan tujuh turunan.

Wartawan senior yang pernah bertugas di Gedung DPR RI Senayan di awal reformasi mengatakan, dirinya sependapat dengan pernyataan dua tokoh muda Bugis Makassar, Annar Sampetoding dan Andi Ilhamsyah Mattalatta yang mengatakan, kasus penangkapan Nurdin Abdulah mengejutkan juga mencoreng nama baik warga Sulawesi Selatan.

“Terus terang, sebagai warga Bugis Makassar, kami kaget, kecewa dan malu sekali. Karena yang ditangkap ini kan pemimpin tertinggi daerah Sulawesi Selatan. Sekaligus “panutan” warga Bugis Makassar dimanapun mereka berada,” Ucap Ketua Umum DEIT (Dewan Ekonomi Indonesia Timur) Annar.S. Sampetoding dan Andi Ilhamsyah Mattalatta, kepada media di Jakarta, Minggu (28/02/21).

Mulawarman, yang juga alumni Unhas juga seangkatan dengan Nurdin Abdullah, mendukung saran kedua tokoh itu yang mengatakan, perlunya ditegakkan kembali secara besar-besaran nilai luhur dan adat istiadat orang Bugis Makassar yang terkenal dengan jati dirinya” “getteng” (sikap konsisten), “lempu” (sikap jujur) dan “ada tongeng” (satunya kata dan perbuatan).

Mulawarman berucap, tiga prinsip jati diri itu dia rasakan makin lama makin berkurang sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pemantauannya, banyak tokoh di daerah Sulsel berlomba memperkaya diri, meskipun dengan jalan yang tidak benar.

“Ini berbahaya”, kata Mul, panggilan akrab wartawan yang bertubuh mungil itu.

Selain itu, Mulawarman juga mempertanyakan kiprah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang dia rasakan mulai kendor. Dia prihatin dan mengaku sedih akan hal itu, karena tradisi memperingati “Hari Korban 40.000 Jiwa-Kekejaman Westerling” sudah tidak lagi mendapat perhatian dan bahkan nyaris tidak lagi dihormati sebagaimana mestinya.

Dia menegaskan, pengorbanan tokoh pejuang Sulawesi Selatan melawan Belanda khususnya Westerling di Sulawesi Selatan yang berujung dengan pembantaian sejumlah tokoh pejuang.

“Wajib hukumnya diperingati untuk memelihara marwah kebesaran jiwa dan kerelaan berkorban tanpa pamrih untuk menegakkan NKRI,” ujarnya.