SAUDAGAR.NEWS, MAKASSAR – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) mencatat pertumbuhan jumlah user mobile banking menembus angka 2,5 juta pengguna. Bank syariah terbesar di Indonesia ini juga berhasil menorehkan kinerja impresif sepanjang semester I 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun, naik 34,29 persen secara year on year (yoy).
Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp95,13 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile yang naik 83,56 persen secara yoy. Jika dirinci, sepanjang Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp41,99 triliun.
Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 109,82 persen secara yoy. Hal ini didorong oleh jumlah user mobile banking yang menembus 2,5 juta pengguna.
“Untuk meningkatkan kinerja, pada tahun ini BSI fokus untuk menjaga kualitas pembiayaan dan memanage coverage ratio dengan tetap mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan akselerasi kapasitas digital dan operasional,” kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi, Jumat, 30 Juli 2021.
Hery melanjutkan, BSI akan terus meningkatkan kapabilitas digital, sebab volume transaksi kanal digital BSI tumbuh signifikan sepanjang triwulan kedua 2021.
Tak hanya itu, pada semester I tahun lalu, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp1,1 triliun. Hery mengungkapkan kenaikan laba pada semester I tahun ini dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas, sehingga biaya dana dapat ditekan.
“Hal itu mendorong kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil yang tumbuh sekitar 12,71 persen secara year on year,” tuturnya.
Dengan pertumbuhan laba yang signifikan, BSI dapat meningkatkan rasio profitabilitas. Hal itu ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) dari 11,69 persen per Juni 2020 menjadi 13,84 persen per Juni 2021.
Sedangkan dari sisi bisnis, pada semester I 2021 bank syariah milik Himbara itu telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp161,5 triliun. Jumlah tersebut naik sekitar 11,73 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp144,5 triliun.
Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp75 triliun atau setara 46,5 persen dari total pembiayaan. Adapun segmen korporasi sebesar Rp36,7 triliun atau sekitar 22,8 persen. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp36,8 triliun setara 22,9 persen dan sisanya segmen komersial Rp10 triliun atau sekitar 6,2 persen.
Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23 persen pada semester I 2020 menjadi 3,11 persen pada enam bulan pertama tahun ini.
Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07 persen sampai semester I 2021. Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I 2021 mencapai Rp216,36 triliun, naik 16,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp186,49 triliun.
Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81 persen dari total DPK. Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78 persen pada semester I 2020 menjadi 2,14 persen pada paruh pertama tahun ini.
Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. Torehan itu naik sekitar 15,16 persen secara yoy. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp214,7 triliun.