Ratusan Ribu Ton Apel dan Pear Tidak Terpetik di New Zealand

SAUDAGAR.NEWS – Hubungan diplomatik Indonesia – Selandia Baru telah terjalin sejak 1958. Selaku dua negara demokrasi, Indonesia dan Selandia Baru memiliki dasar hubungan yang kokoh.

“Investasi New Zealand 2020 di Indonesia mencapai US$9 juta, lebih besar dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$3,25 juta,” ujar Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.

Tantowi Yahya selaku Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru menyampaikan bahwa lebih dari 85% produksi apel di Selandia Baru dihasilkan oleh perkebunan di Hawke’s Bay.

Namun, karena efek pandemi Covid-18 dan ketiadaan pemetik buah sehingga ratusan ribu ton apel dan pear tidak terpetik.

“Buah-buahan dibiarkan membusuk di pohon dan banyak juga yang jatuh dan menjadi pupuk alami. Industri apel Selandia Baru tahun 2021 diperkirakan merugi sampai NZ$ 1.1 Miliar.” ujar Tantowi Yahya.

Lebih lanjut dijelaskan Dubes RI untuk Selandia Baru bahwa para pemetik buah masuk dalam kategori Recognized Seasonal Employer (RSE) dan jumlahnya 12.000 setiap tahun. Untuk Indonesia RSE diatur oleh Kementerian Tenaga Kerja.

Pemerintah New Zealand menjalin kerjasama dengan banyak negara, utamanya Pasifik dan Asia termasuk Indonesia untuk mengisi kuota ini.

Setiap tahunnya Indonesia kebagian jatah 200 pekerja. Karena Covid-19, para pekerja banyak yang selesai kontrak, pulang dan tidak bisa kembali karena masih tertutupnya perbatasan.

Tenaga kerja yang tersisa sekarang sekitar 6.000 orang dan ini tidak cukup untuk mengerjakan perkebunan apel dan pear di seluruh wilayah New Zealand. (*)