‘Ditulis dalam rangka peringatan Hari Olahraga Nasional 9 September 2021’
SAUDAGAR.NEWS – Ada yang menarik dengan hasil Riskesda atau Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Sebagai informasi, Riskesda merupakan upaya riset untuk memotret status kesehatan masyarakat yang bisa dijadikan acuan untuk mengukur Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat atau IPKM, sehingga angka perubahan pencapaian sasaran kesehatan dapat di ketahui, mulai dari level Kabupaten, Provinsi maupun Nasional.
Salah satu yang di cermati adalah kurangnya proporsi aktivitas fisik pada masyarakat Indonesia, mengalami kenaikan dari 26,1 % menjadi 33,5 %, yang berarti makin banyak rakyat Indonesia menyukai mager alias malas gerak.
Pasalnya, aktifitas fisik yang proporsional merupakan cara membentuk kebugaran tubuh. Terlebih di tengah pandemik saat ini, kebugaran sangat mendukung imunitas guna melindungi tubuh dari kemungkinan terjangkiti covid 19.
Bila aktifitas fisik identik dengan olahraga , maka hasil Riskesda di atas menjadi bukti mayoritas masyarakat belum menganggap olahraga sebagai hal penting. Padahal, menurut dokter olahraga sekaligus wakil ketua bidang sport science KONI Pusat, dr. Andi, olahraga membantu meningkatkan daya tahan tubuh, baik dilaksanakan indoor ataupun outdoor.
Bahkan muncul istilah ‘menyederhanakan olahraga’, yang berarti memasukkan unsur olahraga ke dalam kegiatan sehari-hari. Seperti, jalan kaki selama 30 menit atau lebih memilih naik tangga dibanding menggunakan lift.
Paradigma ‘menyederhanakan olahraga’ merupakan jawaban dari kebutuhan olahraga yang tidak terpenuhi akibat kehidupan modern yang menuntut pola kompetitif dan serba cepat.
Padatnya pekerjaan penuh waktu, menjadi alasan mayoritas orang tak berolahraga. Jadilah olahraga menempati urutan terakhir dalam prioritas kegiatan.
Secara ilmiah, olahraga memacu kinerja sel darah putih yang berfungsi sebagai antibodi untuk melawan berbagai jenis kuman yang masuk ke tubuh. Manfaat lain ketika olahraga adalah suhu tubuh mengalami peningkatan, sehingga menghambat bakteri berkembang dalam tubuh.
Selain itu, olahraga memperbanyak hormon endorfin yang menyebabkan suasana hati lebih enjoy dan tidak stress. Beberapa olahraga sederhana yang dapat dilakukan adalah bersepeda, angkat beban, sit up, push up, jogging, pull up, hingga yoga.
Begitu pentingnya arti olahraga , sehingga setiap tanggal 9 September , di peringati sebagai Hari Olahraga Nasional. Tema tahun ini adalah ‘Desain Besar Olahraga Nasional Menuju Indonesia Maju’ . Sekilas tema ini merupakan rencana pemerintah untuk mencetak pabrik prestasi olahraga dengan merancang urusan olahraga dari hulu hingga hilir, mulai dari target hingga sarana prasarana.
Sebuah rencana luar biasa, mengingat prestasi-prestasi Indonesia pada gelaran SEA GAMES, ASIAN GAMES, Olimpiade dan Paralimpiade masih perlu ditingkatkan.
Menurut Menpora Zainuddin Amali, tema Haornas kali ini akan menjadi fondasi utama dalam olahraga nasional bertujuan mencetak lebih banyak generasi baru yang sportif dan berprestasi.
Besarnya spirit pemerintah membawa olahraga sebagai hal yang dapat dibanggakan, merupakan sebuah kerja bersama. Maka, partisipasi masyarakat adalah membudayakan olahraga dalam keluarga masing-masing. Generasi kita yang masih kanak-kanak, sewajibnya diperkenalkan pada olahraga yang menjadi kegemaran mereka.
Tidak lagi semacam bermain, tapi lebih kepada peningkatan skill dan durasi latihan lebih lama melalui klub-klub olahraga yang tersedia. Ini ada tantangannya tentu saja, karena dominan anak-anak hari ini lebih memilih gadget, bermain HP dan menonton TV dibanding berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.
Akhirnya, olahraga merupakan kanalisasi untuk berprestasi dan meningkatkan kebugaran. Implementasi nyata di masyarakat merupakan hakekat dari semangat Hari Olahraga Nasional yang setiap tahunnya kita peringati.
Harapannya, program Indonesia sehat dapat terwujud melalui kebiasaan berolahraga dan aktifitas fisik yang rutin.
Oleh: drg. Irfan